Suara Semesta (Kab. Berau) - Investigasi awak media di lokasi penyeberangan Roda empat (R4 ) Limunjan ke Singkuang pukul 09.00 Wita Minggu, 25/06/23.

Terlihat antrian panjang truk bermuatan sawit berasal dari petani sawit Kampung Talisayan, Swaran dan Sambaliung.

Sejak ditutupnya Jembatan Sambaliung selama masa renovasi, pengendara harus mengikuti jalur penyeberangan lewat LCT yang disediakan Pemda Berau. Berlanjut dari itu mengakibatkan dampak ekonomi pada petani dan sopir sawit sebab terjadi kemunduran pendapatan, ungkap salah satu supir.

Langsung di lokasi terlihat antrian panjang truk sawit, menurut keterangan sopir truk bermuatan sawit bahwa kebijakan terkait penyebrangan LCT kendalanya adalah  para sopir muatan sawit di perlakukan hanya untuk berkapasitas muatan 5 Ton.

Namun para sopir sawit melihat ada truk lain yang bermuatan pupuk dan sembako kapasitas 8 Ton bisa menyeberang lewat LCT, pungkas Mul sapaan akrab sopir truk.

Lanjut Mulyadi, truk bermuatan sawit yang sudah menunggu sejak malam hingga siang hari belum juga menyeberang sebab muatannya 8 Ton, sawit harus dipindahkan ke truk kosong sebanyak 3 Ton agar bisa menyeberang lewat LCT ke Singkuang.

"Menurutnya dengan aturan yang ada sehingga para sopir-sopir truk muatan sawit merencanakan akan menyurat ke  Polres untuk melakukan laporan aksi unjuk rasa bersama warga Tani Swaran dan lainnya jika tidak ada kejelasan dari pemerintah terkait kesulitan penyeberangan Jalur Limunjan Singkuang."

"Ia pun memberi keterangan, bersama para sopir lainnya, sopir daerah Swaran dan Sambaliung  mengeluhkan akan aturan batasan kapasitas muatan membuat kerugian waktu dan tenaga sebab para sopir harus mengurangi dan memindahkan secara manual 3 Ton sawit ke truk kosong, sebab tidak bisa menyeberang lewat LCT karena muatan harus berkapasitas 5 ton sedangkan maksimalnya perjalanan yang jauh harus menjual ke pabrik dengan kapasitas Truk normalnya 8 ton, pungkasnya.

"Sopir sawit juga melihat di mana tidak adanya keadilan atau kemerataan kepada sopir truk, sebab mereka melihat ada truk yang bermuatan pupuk dan sembako bermuatan kapasitas 8 ton tetapi bisa menyebrang," tutupnya.

Adapun keluhan sopir sawit dan pengendara lainnya adalah tidak ada tenda tempat istirahat di malam hari dan tidak ada ketersediaan air untuk toilet plastik di lokasi penyeberangan Limunjan sehingga mereka harus numpang di toilet warga sekitar. Ada juga satu toilet yang di buatkan oleh warga secara gratis bagi pengendara, terangnya.

"Mau lewat jalur penyeberangan swasta juga berbayar, itu cukup mahal, sementara pendapatan kami tidak seberapa," tandasnya.

Terkait dari kendala ini ia berharap agar pemerintah memperhatikan kekurangan pelayanan yang ada di setiap lokasi penyeberangan.

Lanjut dari itu, keterangan petugas LCT  yang mengatur di jalur Limunjan menjelaskan mengenai kapasitas muatan 5 Ton adalah kebijakannya. Itu memang benar di perlakuan sebab mengurangi daya beban LCT, namun ia tidak tahu kalau ada truk muatan pupuk bisa lolos dari jalur Singkuang ke Limunjan, ungkapnya.

Sementara awak media sudah meminta penjelasan dari Petugas Dishub namun belum bisa memberikan statment terkait itu.

"Kami Petugas di lokasi Penyeberangan R4, hanya menjalankan tugas bersama yang lain mengatur lalulintas pengendara yang akan menyeberang lewat LCT," tutupnya. (TS)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

stop