stop




Suara Semesta
 (Kaltara) - Bertempat di gedung Perpustakaan Provinsi Kalimantan Utara diselenggarakan bedah buku dan launching buku anak oleh Bunda Literasi Kaltara, Hj. Rahmawati Z.P. (Istri Gubernur Kaltara)

Pendiri Yayasan, Hj. Ainun Farida memberi sambutan yang penuh dengan apresiasi dan motivasi.

Hadir juga para pembedah buku yakni Bpk. Jimmi Nasrun M.A., dari Universitas Kalimantan Utara, Hj. Qamariyah Aziz sebagai budayawan, Dr. Datu Iman Suramenggala dan Syarifah Rumaisah Bilfaqih sebagai intelektual muda di Kalimantan Utara.

Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Sejarah dan Budaya Kaltara bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Kaltara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov. Kaltara, The Asia Foundation dan Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia Kemitraan Australia Indonesia.

Yayasan Sejarah dan Budaya Kaltara memilih buku ‘Menggugat Subversif Bultiken 1964’ oleh Joko Supriyadi dan buku ‘Nun Kabor Peradi? : Kamus Bulungan – Indonesia’ karya Ida Ayu Parlina untuk dibedah.

Kedua buku ini dapat memberikan kontribusi bagi penyebaran informasi dan gagasan  tentang sejarah dan budaya di Kaltara, khususnya terkait dengan topik yang dipilih oleh Sdr. Joko tentang peristiwa besar yang pernah terjadi di Kalimantan Utara di masa silam.

Peristiwa subversif adalah sebuah catatan kelam dalam sejarah, selain karena banyaknya jumlah korban hilang atau meninggal dunia, juga karena kerugian atau dampak yang ditimbulkan oleh kejadian yang dapat dikatakan sebagai pelanggaran HAM ini begitu destruktif, baik secara mental maupun material.

Oleh karena itu, para tokoh yang hadir merasa salut atas keberanian penulis, setelah 59 tahun mengangkat kembali Bultiken ke dalam sebuah tulisan untuk melengkapi tulisan-tulisan yang telah ada sebelumnya.

Dr. Datu Iman Suramenggala menekankan keterlibatan PKI di dalam peristiwa tersebut. Beliau menyampaikan fakta-fakta yang mengindikasikan ke arah sana, antara lain peran Soehario Kecik sebagai Pangdam Mulawarman pada masa itu dan kedekatannya dengan Soekarno yang mengusung Nasakom.

Apalagi Soehario pasca peristiwa Bultiken sekolah di Uni Soviet dan menetap di sana dalam waktu yang lama. Meskipun begitu beliau setuju untuk dilakukan penelitian dan pengkajian terus-menerus sehingga berbagai pendapat seputar peristiwa ini dapat diperkuat dengan bukti yang memadai.

Beberapa keluarga dan saksi hidup yang hadir memberi kesaksian mengenai peristiwa tersebut, antara lain Datu Dissan Maulana bin Sultan Maulana Mujammad Djalaluddin, Datu Kuning bin Datu Renik, Datu Balam bin Datu Mahkota, Umar Bin Kasan dan Puspa Bin Umar.

Beralih ke buku kedua, peserta juga menyambut baik hadirnya Kamus bahasa Bulungan di tengah dunia pendidikan Kaltara yang sedang gencar-gencarnya menghidupkan kembali bahasa daerah, apalagi bertepatan pula dengan kebijakan pemerintah dalam program Revitalisasi Bahasa Daerah yang kini masuk ke dalam muatan lokal di sekolah sekolah, tentunya kamus ini juga merupakan angin segar sekaligus pelengkap buku berbentuk kamus bahasa Bulungan yang pernah dicetak sebelumnya.

Datu Buyung Perkasa sebagai ahli bahasa Bulungan memberi masukan kepada panitia dan para penulis.

Beliau berharap acara bedah buku dapat diselenggarakan dalam waktu yang memadai sehingga proses diskusi dapat berjalan optimal.

Menurut Ketua Lembaga Adat Kesultanan Bulungan sekaligus calon DPD RI Dapil Kaltara ini, perlu ditambahkan Daftar Fonem di awal buku Kamus Bahasa agar lebih sempurna.

Mahasiswa STIT Tg. Selor juga mengapresiasi dan berharap acara bedah buku ini bisa diadakan secara rutin dengan buku-buku menarik dan bermanfaat demi pelestarian sejarah dan budaya di Kalimantan Utara.

Rep: TS
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments: