Suara Semesta | Cirebon, 10 November 2024 – Debat publik kedua dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Cirebon berlangsung di Hotel Aston pada Minggu siang. Debat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cirebon ini mengangkat tema “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Inovatif, Unggul, dan Toleran”
Tujuan dari debat ini adalah untuk menggali gagasan dan program yang akan dijalankan oleh ketiga pasangan calon terkait pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di kota tersebut, serta mencerminkan kesesuaian dengan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Debat dimulai pukul 13.00 WIB dan dibagi dalam enam segmen dengan tema utama yang berfokus pada pengembangan SDM yang lebih baik. Namun, suasana debat sempat memanas pada segmen pertama, saat para calon menyampaikan visi dan misi mereka.
Pasangan calon nomor urut 01, Dani Mardani dan Fitria Pamungkaswati, yang pertama kali memberikan penyampaian visi-misi, menyatakan bahwa mereka memiliki visi **“Religius, Maju, dan Sejahtera (Remaja)”**. Dalam penyampaiannya, Dani Mardani berharap agar Kota Cirebon dapat berkembang dengan tata kelola pemerintahan yang baik, profesional, dan adaptif. Selain itu, pasangan ini juga berencana untuk memperbaiki infrastruktur kota seperti jalan, trotoar, dan drainase, serta menyediakan layanan internet gratis untuk masyarakat.
Sementara itu, calon wali kota nomor urut 02, Hj. Eti Herawati, dalam penyampaiannya menegaskan pentingnya peningkatan kualitas SDM untuk pembangunan kota. “SDM adalah hal utama dalam pembangunan. Kami berkomitmen untuk memberikan seragam gratis dan meningkatkan mutu pendidikan di Kota Cirebon,” ujar Hj. Eti, yang juga menyoroti pernyataan dari Menko PMK tentang pentingnya peningkatan pendidikan.
Pasangan calon nomor urut 03, Siti Farida Rosmawati, juga menyampaikan visi misi mereka dengan fokus pada pemerintahan yang kolaboratif. Siti Farida menyebutkan bahwa mereka akan melibatkan dewan pendidikan serta berbagai pihak dalam perencanaan pembangunan, dan mereka memiliki program **"Kartu Idola Pendidikan"** serta beasiswa untuk siswa kurang mampu dan berprestasi. Selain itu, mereka juga berencana untuk meningkatkan anggaran bagi Posyandu.
Namun, saat Siti Farida menunjukkan kartu yang disebutnya sebagai **"Kartu Idola Pendidikan"** kepada audiens, keributan terjadi. Hal ini memicu protes keras dari pendukung pasangan nomor urut 01 dan 02, karena penggunaan alat peraga kampanye, termasuk kartu, memang dilarang dalam debat publik sesuai dengan peraturan KPU. Meski demikian, pasangan nomor urut 03 belum selesai menyampaikan visi dan misinya ketika protes tersebut terjadi.
Suasana memanas dan beberapa peserta di ruangan mulai berteriak. Protes terus berlanjut, hingga akhirnya calon wali kota nomor urut 03, Effendi Edo, melanjutkan penyampaian visi misi hingga selesai.
Kericuhan tersebut sempat mengganggu jalannya debat, namun akhirnya debat dilanjutkan dengan ketegasan dari moderator dan pihak KPU untuk mengatur jalannya acara. Meskipun ada ketegangan, debat tetap berlangsung hingga akhir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Debat publik ini menjadi salah satu agenda penting dalam Pilkada Kota Cirebon, yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat lebih dekat program-program yang ditawarkan oleh masing-masing pasangan calon dalam upaya membangun Kota Cirebon yang lebih baik.
(Ramadhan)
Post A Comment:
0 comments: